• Beranda
  • Covid 19
  • Penyemprotan Disinfektan ke Jalan Raya, Efektifkah Cegah Penularan Covid-19?

Penyemprotan Disinfektan ke Jalan Raya, Efektifkah Cegah Penularan Covid-19?

Penyemprotan Disinfektan ke Jalan Raya, Efektifkah Cegah Penularan Covid-19?

Bagikan :


Penambahan kasus positif Covid-19 di berbagai negara termasuk Indonesia kian meningkat. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 seperti sosialisi ke masyarakat, pemberian vaksin dan pembatasan kegiatan. Selain itu, salah satu upaya yang sering dilakukan adalah dengan penyemprotan disinfektan ke berbagai tempat umum, termasuk jalan raya. Apakah cara tersebut efektif untuk menangkal virus Corona?

 

Cara penularan virus Covid-19

Virus Covid-19 diketahui menular lewat penyebaran percikan droplet saat seseorang batuk, bersin atau bicara. Saat orang melakukan hal tersebut, akan muncul udara keluar dari hidung dan mulut yang mengeluarkan aerosol dalam jarak dekat. Aerosol ini juga dapat menyebar melalui partikel kecil yang melayang di udara (airborne).

Selain melalui percikan droplet, virus Covid-19 juga dapat menular melalui permukaan yang terkontaminasi. Menurut WHO, virus Covid-19 bisa menempel pada permukaan barang selama 2-3 hari. Ketika permukaan tersebut terkontaminasi percikan droplet orang yang terinfeksi Covid-19, kemudian jika ada orang lain menyentuh permukaan tersebut dan ia memegang hidung, mulit dan tangan, maka orang tersebut dapat terinfeksi virus Covid-19. Untuk itulah diterapkan protokol kesehatan mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah tangan terkontaminasi virus.

 

Risiko penyemprotan disinfektan ke jalan raya

Sebagai salah satu upaya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, sejumlah daerah melakukan penyemprotan disinfektan ke jalan raya dan fasilitas umum namun cara ini dianggap tidak efektif. Pasalnya, meskipun virus Corona dapat bertahan di permukaan benda, namun cara penularan ini relatif rendah dibanding penularan metode penyebaran droplet dan airborne. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa meskipun ditemukan virus Covid-19 di permukaan, namun kecil kemungkinan virus ini dapat menyebabkan seseorang terinfeksi. Mengacu pada CDC, ada banyak faktor yang tidak mendukung penularan virus dari permukaan seperti lingkungan, jumlah virus dan inefisiensi perpindahan virus dari mulut ke hidung atau mata.

Sedangkan untuk penyemprotan disinfektan ke jalan raya, baik WHO dan CDC tidak merekomendasikan penyemprotan disinfektan ke jalan raya sebagai upaya pencegahan penularan virus Covod-19. Penyemprotan disinfektan ke jalan raya dan area terbuka justru dapat berbahaya bagi kesehatan orang yang berada di sekitar area penyemprotan.

Cairan disinfektan yang digunakan pada penyemprotan umumnya mengandung klorin. Orang yang menghirup klorin akibat penyemprotan masif di jalan raya dapat berisiko mata merah, iritasi kulit, dan gangguan pernapasan. Selain itu menghirup klorin dapat menyebabkan mual dan muntah. Selain itu, disinfeksi di jalan raya juga tidak dapat mencegah penularan antara orang yang terinfeksi ke orang yang sehat. Sehingga, penyemprotan disinfektan ke jalan raya dianggap sebagai hal yang sia-sia.

 

Kapan disinfeksi diperlukan?

Jika disinfeksi di area terbuka tidak efektif untuk pencegahan, maka sebaliknya, disinfeksi dalam ruangan tertutup dapat dilakukan terutama jika ada orang suspek atau terkonfirmasi positif yang berada dalam ruangan tersebut dalam kurun waktu 24 jam terakhir. Sedangkan untuk perawatan kebersihan secara rutin, permukaan seperti meja dan kursi cukup dibersihkan dengan air sabun atau deterjen setidaknya satu kali sehari.

 

Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai efektivitas penyemprotan disinfektan di jalan raya. Untuk itu, selalu terapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dobel, rajin mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. Segera periksakan diri Anda jika mengalami keluhan Covid-19 seperti demam, sesak napas, batuk dan diare.

 

Writer: Ratih

Edited by: dr. Nadya Hambali

Last updated: 14-Juli-2021